Proposal PTK
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
Oleh:
Prof. Dr. H. Imam Suyitno, M.Pd
(Guru Besar Universitas Negeri Malang)
SISTEMATIKA
PROPOSAL PTK
Judul PTK
Merumuskan
judul PTK kelihatannya mudah, tetapi sebenarnya cukup sulit. Untuk merumuskan
judul tersebut, diperlukan upaya secara cermat, yakni mulai dari
mengidentifikasi masalah, analisis penyebab masalah, sampai pada menentukan
tindakan yang tepat dan relevan untuk mengatasi masalah tersebut. Perumusan
judul PTK tidak dapat dibuat berdasarkan angan-angan saja, tetapi harus
didasarkan pada kondisi nyata, yakni masalah nyata yang terjadi dalam
pembalajaran di kelas. Ketika masalah pembelajaran sudah teridentifikasi,
penyebab masalah sudah ditemukan, dan rencana tindakan yang diyakini tepat
sudah ditemukan, guru baru dapat merumuskan judul PTK yang akan dilakukannya.
Rumusan judul
PTK harus menggambarkan masalah yang akan dipecahkan, tindakan yang akan
dilakukan, dan siswa yang akan dikenai tindakan tersebut. Karena itu , judul
PTK harus mampu menjawab pertanyaan berikut ini.
1)
Apa
masalah yang akan dipecahkan atau apa yang akan ditingkatkan?
2)
Apa
tindakan yang akan dilakukan?
3)
Siapa
yang akan dikenai tindakan tersebut?
Marilah kita kembali pada beberapa
pekerjaan yang sudah kita lakukan untuk mengatasi masalah sebagaimana yang
dicontohkan pada kasus di atas. Untuk memudahkan perumusan judul tersebut, kita
catat kembali apa yang sudah kita lakukan sebagaimana daftar berikut ini.
Sekolah
|
SDN Tunggulwulung 2 Malang
|
Tahun Pelajaran
|
2009/2010
|
Kelas
|
V
|
Matapelajaran
|
Bahasa Indonesia
|
KD bermasalah
|
Menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar
|
Tindakan
|
Penerapan strategi
pembelajaran kooperatif model STAD
|
Berdasarkan daftar di atas, selanjutnya
digunakan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut.
Apa masalah
yang akan dipecahkan atau apa yang akan ditingkatkan?
|
Peningkatan kemampuan menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar
|
Apa tindakan
yang akan dilakukan?
|
Penerapan strategi
pembelajaran kooperatif model STAD
|
Siapa yang
akan dikenai tindakan tersebut?
|
Siswa kelas V
SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010
|
Rumusan Judul:
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN
MENCERITAKAN HASIL PENGAMATAN/KUNJUNGAN DENGAN BAHASA
RUNTUT, BAIK, DAN BENAR MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL STAD PADA SISWA
KELAS V SDN TUNGGULWULUNG 2 MALANG
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
|
Latar
Belakang Penelitian
Isi paparan
latar belakang PTK pada dasarnya menyajikan gambaran nyata tentang kondisi
pembelajaran di kelas dan problema yang dihadapi guru dan siswa dalam proses
pembelajaran. Karena itu, bagian ini hendaknya benar-benar menyatakan fakta
yang ada di dalam proses pembelajaran. Fakta tersebut paling tidak
mengungkapkan perihal (1) kompetensi dasar yang diajarkan, (2) pentingnya
penguasaan kompetensi dasar tersebut bagi kehidupan siswa di sekolah maupun di
masyarakat, (3) kondisi atau masalah
yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran kompetensi dasar tersebut, (4)
proses pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran kompetensi dasar itu, (5)
hasil belajar atau pengalaman belajar yang dicapai oleh siswa, (6) aktivitas
siswa dalam pembelajaran, (7) kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran,
(8) dampak yang terjadi jika masalah pembelajaran tidak segera dipecahkan, dan
(9) harapan dengan dipecahkannya masalah pembelajaran tersebut. Fakta tersebut
dapat diidentifikasi oleh guru pada awal merancang PTK, yakni melalui proses
refleksi untuk melakukan identifikasi masalah pembelajaran.
Berdasarkan
hasil refleksi tersebut, guru akan menemukan masalah penting daam proses
pembeljaran yang harus segera diatasi. Di samping itu, guru juga telah
menemukan faktor penyebab terjadinya masalah itu. Untuk itu, lebih lanjut guru
berupaya menemukan cara atau strategi yang tepat untuk mengatasi masalah itu.
Cara atau strategi itu dapat berupa (1) penggunaan strategi yang lebih inovatif
dan menarik minat siswa untuk belajar, (2) penggunaan model-model pembelajaran
yang lebih inovatif, (3) penggunaan sumber belajar yang lebih menyenangkan dan
sesuai dengan kondisi lingkungan dan kejiawaan anak, (4) penggunaan materi ajar
yang lebih menantang anak untuk belajar, (5) penggunaan media yang lebih
variatif dan menarik perhatian siswa, atau (6) model-model interaksi yang lebih
aktif dan kreatif. Cara atau strategi itu dipilih oleh guru berdasarkan masalah
yang terjadi dan hasil analisis penyebab munculnya masalah.
Ketika sudah
menentukan cara atau strategi yang diyakini tepat untuk memecahkan masalah yang
dihadapi, guru pasti sudah memiliki alasan mengapa memmilih cara atau strategi
itu. Karena itu, pada bagian latar belakang guru harus mengungkapkan (1) uraian
tentang cara atau strategi yang dipilih untuk mengatasi masalah pembelajaran,
(2) kesesuaian cara atau strategi tersebut dengan masalah yang dihadapi siswa,
(3) keunggulan cara atau strategi tersebut, dan (4) harapan yang ingin dicapai
melalui cara atau strategi itu.
Paparan di atas
menggambarkan bahwa guru sebagai pelaku PTK telah mengungkapkan telah kondisi
nyata permasalahan yang dihadapi di kelas dan upaya guru untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Dalam hal ini, bagian latar belakang dilakukannnya PTK
itu telah menyampaikan dua hal, yakni masalah pembelajaran yang dihadapi dan
tindakan yang akan dilakukan dalam pemecahan masalah itu. Namun, paparan
tersebut masih perlu dilengkapi dengan fakta lain yang mendukung orisionalitas
PTK yang akan dilakukan. Karena itu, guru sebagai pelaku PTK perlu secara
terbuka menyampaikan beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh
orang lain yang sejenis dengan penelitian yang akan dilakukannya. Dalam hal
ini, pada bagian akhir latar belakang PTK itu, guru perlu menuliskan (1)
judul-judul penelitian terdahulu yang sejenis, (2) hasil yang dicapai oleh
penelitian terdahulu itu, dan (3) perbedaan penelitian terdahulu tersebut
dengan penelitian yang akan dilakukan. Alasan tentang perbedaan penelitian
terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan dapat berupa perbedaan (a) subjek
yang diteliti atau yang akan dikenai tindakan, (b) masalah yang akan
dipecahkan, (c) cara atau strategi yang digunakan, (d) materi yang akan
digunakan, dan atau (e) alasan lain yang membedakan kedua penelitian itu.
Dengan
mengungkapkan berbagai hal yang telah dijelaskan di atas, dapat dikatakan bahwa
latar belakang PTK yang akan dilakukan guru telah memenuhi syarat kelengkapan,
kejelasan, dan keorisinalan. Dengan demikian, latar belakang tersebut telah
meyakinkan pembaca bahwa (1) masalah pembelajaran yang dipilih dan dihadapi
guru dan siswa benar-benar perlu dipecahkan, (2) tindakan yang dilakukan guru
benar-benar tepat dan relevan untuk menyelesaikan masalah pembelajaran, dan (3)
apa yang dilakukan guru benar-benar hasil kerja nyata guru, bukan hasil plagiasi.
Nah, sekarang
marilah kita belajar berlatih merancang butir-butir pokok isi bagian latar
belakang berdasarkan kasus yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, yakni
kasus pembelajaran tentang KD menceritakan hasil
pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar.
Contoh
Judul PTK:
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN
HASIL
PENGAMATAN/KUNJUNGAN DENGAN BAHASA RUNTUT, BAIK, DAN BENAR MELALUI PENERAPAN STRATEGI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD PADA SISWA KELAS V
SDN TUNGGULWULUNG 2 MALANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
|
Mengapa PTK
tersebut perlu dilakukan?
|
Hasil
refleksi awal dapat menjadi alasan pertama yang menjawab pentingnya dilakukan
PTK. Alasan pertama ini menjawab pertanyaan: “Mengapa kemampuan menceritakan
hasil pengamatan/kunjungan dengan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan
benar perlu ditingkatkan?” Jawaban pertanyaan ini dapat dicontohkan berikut.
|
1) SDN Tunggulwulung 2 Malang telah menerapkan KTSP.
2) Pembelajaran Bahasa Indonesia diajarkan di kelas 1—6
dengan menggunakan KTSP.
3) Dalam KTSP Bahasa Indonesia, terdapat KD menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik,
dan benar yang
disajikan di kelas V semester 1.
4) KD menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik,
dan benar termasuk
dalam pembelajaran aspek berbicara.
5) KD tersebut perlu dikuasai oleh siswa agar siswa mampu
menyampaikan laporan secara lisan tentang perihal yang telah dilakukannya.
6) Untuk dapat menceritakan hasil pengamatan dan atau
kunjungannya, siswa harus dapat menceritakan perihal (a) objek yang diamati
atau dikunjungi, (b) beragam hal dari objek yang diamati atau dikunjungi, (c)
proses pengamatan atau kunjungan yang dilakukan, dan (d) tataan rincian
beragam hal yang diamati atau dikunjungi. Selain itu, siswa harus dapat menggunakan
bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menyampaikan proses dan hasil
pengamatan/kunjungan.
7) Dalam pembelajaran KD tersebut, siswa kurang aktif dan
tidak responsif.
8) Hasil belajar siswa rendah, yakni sebagian besar belum
mencapai standar ketuntasan minimal.
9) Tugas-tugas yang dibuat oleh siswa belum memenuhi
kriteria yang diharapkan.
10) Penguasaan pengalaman belajar ini diperlukan untuk
penguasaan kompetensi dasar selanjutnya, khususnya untuk aspek berbicara dan
menulis.
11) Jika kompetensi dasar tersebut tidak dikuasai, siswa
akan mengalami kesulitan dalam penguasaan KD selanjutnya.
12) Karena itu, masalah tersebut harus diatasi.
|
Hasil analisis faktor penyebab masalah dapat menjadi
alasan kedua yang menjawab pentingnya dilakukan PTK. Alasan kedua ini
menjawab pertanyaan: “Apa yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam
menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan menggunakan bahasa yang
runtut, baik, dan benar?” Jawaban pertanyaan ini dapat dicontohkan berikut.
|
1) Rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran KD
tersebut disebabkan oleh strategi pembelajaran yang kurang bervariasi.
2) Dalam aktivitas pembelajaran tidak digunakan media
yang relevan dan kurang menarik minat siswa.
3) Interaksi pembelajaran tidak multiarah dan tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih kreatif.
4) Tugas-tugas pembelajaran kurang memberikan kesempatan
dan tantangan kepada siswa untuk berpikir kreatif.
5) Materi pembelajaran kurang sesuai dengan minat siswa.
6) Sumber belajar hanya menggunakan buku paket, tidak ada
sumber lain yang lebih inovatif.
7) Karena itu, perihal tersebut harus diubah agar lebih
memotivasi siswa untuk belajar lebih baik.
|
Hasil pemahaman guru tentang strategi/media/teknik
yang lebih tepat atau lebih baik dari sebelumnya dapat menjadi alasan ketiga
yang dipaparkan dalam bagian latar belakang dilakukannya PTK. Alasan ketiga
ini menjawab pertanyaan: “Apa relevansi strategi/media/teknik tersebut dalam
pemecahan masalah rendahnya kemampuan siswa dan apa keunggulannya?” Jawaban
pertanyaan ini dapat dicontohkan berikut.
|
1) Untuk mengatasi masalah pembelajaran, dipilih strategi
pembelajaran kooperatif dengan model STAD.
2) Pembelajaran kooperatif model STAD ini tepat untuk
membelajarkan siswa untuk kompetensi dasar menceritakan
hasil pengamatan/kunjungan dengan
bahasa runtut, baik, dan benar.
3) Alasan dipilihnya strategi ini adalah (a) siswa dapat menghasilkan ide yang lebih
banyak dan lebih baik, (b) siswa memecahkan permasalahan dengan lebih cepat,
(c) siswa menghasilkan solusi yang lebih baik, (d) siswa lebih produktif, (e)
siswa lebih bersahabat, suka membantu, dan saling memiliki perhatian, dan (f)
metode tersebut meningkatkan perilaku dalam pemecahan masalah.
4) Dengan strategi tersebut,
diharapkan siswa dapat merancang hasil pengamatan/kunjungannya dan
menceritakannya dengan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar.
|
Untuk menunjukkan orisionalitas dan pentingnya
penelitian ini, peneliti perlu mengemukakan hasil-hasil penelitian terdahulu
yang sejenis dan menunjukkan perbedaannya. Hal ini dapat dicontohkan sebagai
berikut.
|
||
Judul Penelitian
|
Hasil
|
Perbedaan
|
Penelitian Mariati tentang Kemampuan
Berbicara Siswa Kelas V SDN Tlogosuko 2 Banyu Urip Tahun 2009/2010
|
Kemampuan siswa rendah, terutama dalam menyampaikan gagasan dengan
bahasa yang baik dan benar
|
Penelitian ini adalah deskriptif, bukan PTK
|
Peningkatan Kemampuan
Menceritakan Hasil Wawancara dengan Metode Kerja Kelompok pada Siswa Kelas V
SDN Mojowangi 1 Banyuwangi Tahun 2008/2009 oleh Harsanti
|
Siswa lebih aktif, tugas-tugas dapat diselesaikan dengan baik, hasil
belajar meningkat
|
Metode dan topik garapan berbeda
|
Dan sebagainya
|
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah PTK dikembangkan setelah peneliti mengidentifikasi masalah dan menganalisisnya serta mengembangkan rincian
indikator dari masalah yang akan dipecahkan. Rumusan masalah PTK ini aharus jelas,
spesifik, dan operasional. Masalah penelitian merupakan titik awal sebuah proses
penelitian. Tidak akan ada proses
penelitian tanpa adanya masalah yang dapat diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas. Masalah
biasanya dirumuskan dengan kalimat tanya. Dalam rumusan masalah tersebut,
tercantum (1) upaya yang akan dilakukan terkait dengan indikator masalah, (2)
tindakan yang akan diterapkan, dan (3) subjek/siswa yang akan dikenai tindakan.
Dengan
dirumuskannya masalah yang (mungkin) diikuti dengan hipotesis, peneliti dapat
melakukan langkah-langkah penelitian selanjutnya. Permasalahan penelitian PTK
tidak dapat terlepas dari latar belakang dan konteks yang terjadi di kelas.
Berkaitan dengan PTK, masalah pembelajaran pada umumnya berkisar pada rendahnya
kualitas proses dan hasil belajar.
Berdasarkan rincian indikator
masalah yang telah ditetapkan pada bagian terdahulu, rumusan
masalah PTK tersebut
dapat dicontohkan berikut ini.
Judul
PTK
|
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN HASIL PENGAMATAN/KUNJUNGAN DENGAN BAHASA RUNTUT, BAIK,
DAN BENAR MELALUI
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD PADA SISWA
KELAS V SDN TUNGGULWULUNG 2 MALANG
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
|
Rincian
Indikator dari Masalah yang akan Dipecahkan
|
1) Menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk
menjelaskan objek yang diamati atau dikunjungi.
2) Menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk
menjelaskan beragam hal dari objek yang diamati atau dikunjungi.
3) Menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk
memaparkan proses pengamatan atau kunjungan.
4) Menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk
menyampaikan simpulan hasil amatan/kunjungan.
|
Tindakan
yang akan Digunakan untuk Mengatasi Masalah
|
Strategi
pembelajaran kooperatif dengan model STAD
|
Subjek/siswa
yang Dikenai Tindakan
|
Siswa kelas V
SDN Tunggulwulung 2 Malang
|
Contoh:
Rumusan
Masalah
|
1) Bagaimana peningkatan kemampuan menggunakan bahasa
yang runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan objek yang diamati/dikunjungi
melalui strategi pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas V SDN
Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010?
|
2) Bagaimana peningkatan kemampuan menggunakan bahasa
yang runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan beragam hal dari objek yang
diamati atau dikunjungi melalui strategi pembelajaran kooperatif model STAD
pada siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010?
|
3) Bagaimana peningkatan kemampuan menggunakan bahasa
yang runtut, baik, dan benar untuk memaparkan proses pengamatan/kunjungan
melalui strategi pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas V SDN
Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010?
|
4) Bagaimana peningkatan kemampuan menggunakan bahasa
yang runtut, baik, dan benar untuk menyampaikan simpulan hasil
amatan/kunjungan melalui strategi pembelajaran kooperatif model STAD pada
siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010?
|
Tujuan Penelitian
Rumusan tujuan
PTK sejalan dengan rumusan masalah. Perbedaannya adalah rumusan masalah
menggunakan bentuk rumusan pertanyaan, sedangkan rumusan tujuan berupa rumusan
pernyataan. Jika rumusan masalah ada 3 macam pertanyaan, rumusan tujuan juga
ada 3 macam pernyataan. Tujuan PTK ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui
proses dan hasil tindakan yang dilakukan dalam upaya memecahkan masalah yang
dihadapi dalam pembelajaran nyata di kelas. Karena itu, dalam rumusan tujuan
tersebut digunakan pernyataan: memperoleh
gambaran, mendeskripsikan/memerikan, atau memperoleh paparan. Berikut ini disajikan contoh rumusan tujuan
PTK.
Contoh:
Berdasarkan
masalah penelitian yang telah dirumuskan di atas, tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut.
|
1) Memberikan peningkatan kemampuan menggunakan bahasa
yang runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan objek yang diamati/dikunjungi
melalui strategi pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas V SDN
Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010.
|
2) Memberikan peningkatan kemampuan menggunakan bahasa
yang runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan beragam hal dari objek yang
diamati atau dikunjungi melalui strategi pembelajaran kooperatif model STAD
pada siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010.
|
3) Memberikan peningkatan kemampuan menggunakan bahasa
yang runtut, baik, dan benar untuk memaparkan proses pengamatan/kunjungan
melalui strategi pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas V SDN
Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010.
|
4) Memberikan peningkatan kemampuan menggunakan bahasa
yang runtut, baik, dan benar untuk menyampaikan simpulan hasil amatan/kunjungan
melalui strategi pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas V SDN
Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010.
|
Hipotesis
Setelah masalah dan tujuan dirumuskan, kegiatan berikutnya adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis ini berupa dugaan yang akan terjadi jika suatu tindakan
dilakukan. Hipotesis dikembangkan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.
Hipotesis yang baik harus dapat diuji secara empiris, artinya dampak tindakan yang dilakukan dapat diukur,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Contoh rumusan hipotesis
tindakan tersebut
disajikan berikut ini.
Contoh:
Berdasarkan
masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan di atas, hipotesis
tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut.
|
1) 75% siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun
pelajaran 2009/2010 dalam menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar
untuk menjelaskan objek yang diamati/dikunjungi kemampuannya akan meningkat
mencapai SKM 70 jika diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif model STAD.
|
2) 75% siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun
pelajaran 2009/2010 dalam menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar
untuk menjelaskan beragam hal dari objek yang diamati atau dikunjungi
kemampuannya akan meningkat mencapai SKM 70 jika diajar dengan menggunakan
strategi pembelajaran kooperatif model STAD.
|
3) 75% siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun
pelajaran 2009/2010 dalam menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar
untuk memaparkan proses pengamatan/kunjungan kemampuannya akan meningkat
mencapai SKM 70 jika diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif model STAD.
|
4) 75% siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun
pelajaran 2009/2010 dalam menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar
untuk menyampaikan simpulan hasil amatan/kunjungan kemampuannya akan
meningkat mencapai SKM 70 jika diajar dengan menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif model STAD.
|
Manfaat Hasil
PTK
Suatu kegiatan
yang telah direncanakan dengan baik dan dilaksanakan sesuai dengan rencana
pasti akan memberikan manfaat bagi pihak-pihak tertentu yang terkait dengan
kegiatan itu. Kegiatan PTK yang telah dirancang dengan baik dan dilaksanakan
dengan tertib sesuai rancangan juga akan memberikan manfaat bagi pihak terkait
dengan PTK itu. Pihak-pihak yang terkait dengan PTK tersebut di antaranya
adalah guru, siswa, orang tua, penentu kebijakan di sekolah tempat PTK tersebut
dilakukan.
·
Bagi
guru yang menjalan PTK, PTK tersebut akan memperkaya wawasan dan pengalaman
dalam mengatasi masalah pembelajaran yang terjadi di kelas. Selain itu, PTK
tersebut juga memberikan pengalaman kepada yang bersangkutan dalam menyusun dan
mengembangkan karya tulis ilmiah, khususnya dalam membuat laporan penelitian.
·
Bagi
guru lain, hasil PTK tersebut akan memberikan masukan dan wawasan tentang cara
atau strategi yang tepat untuk mengatasi masalah pembelajaran, khususnya yang
terkait dengan masalah yang akan dipecahkan atau perihal yang akan
ditingkatkan.
·
Bagi
siswa, hasil PTK tersebut akan mendorong siswa untuk mencapai prestasi yang
lebih baik dan meningkatkan minat siswa untuk melakukan aktivitas belajar yang
lebih bergairah.
·
Bagi
orang tua siswa, hasil PTK tersebut akan memberikan masukan yang berharga
tentang prestasi belajar anaknya sehingga orang tua siswa akan dapat memberikan
pembinaan kepada anaknya untuk tetap menjaga dan meningkatkan proses dan
prestasinya.
·
Bagi
pihak penentu kebijakan, hasil PTK tersebut akan memberikan masukan yang
berharga, terutama dalam pembinaan akademik bagi guru dan siswa dalam hal
peningkatan mutu proses dan hasil belajar.
Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan kajian
teori yang mendasari penelitian. Paling tidak, kajian teori tersebut mampu
mengungkap tentang : What (apa) berupa definisi atau pengertian, Who (
siapa) berupa siapa penemu atau pendapat siapa, Why (mengapa) mengapa
teori itu ada, How ( bagaimana) teori itu digunakan atau hasil
penelitian terdahulu (yang telah dilakukan orang lain).
Dalam kajian
teori, pertanyaan-pertanyaan itu dikenakan pada beberapa unsur yang ada pada
judul, yakni masalah yang akan dipecahkan dan
tindakan yang akan dilakukan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh
berikut ini.
Contoh:
Judul PTK
|
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN HASIL PENGAMATAN/KUNJUNGAN DENGAN BAHASA RUNTUT, BAIK,
DAN BENAR MELALUI
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD PADA SISWA
KELAS V SDN TUNGGULWULUNG 2 MALANG
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
|
HAL-HAL
YANG HARUS DIKEMBANGKAN DALAM KAJIAN TEORI
|
|
Apa, mengapa, dan bagaimana kajian teori tentang
masalah yang akan dipecahkan?
|
Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SD
|
Pembelajaran
Berbicara di SD
|
|
Cara
Menceritakan Hasil Pengamatan/Kunjungan
|
|
Penggunaan
Bahasa yang Baik dan Benar
|
|
Apa, mengapa, dan bagaimana kajian teori tentang
tindakan yang akan digunakan?
|
Strategi
Pembelajaran Berbicara
|
Pembelajaran
Kooperatif
|
Metode Penelitian
Rancangan
Penelitian
Rancangan penelitian perlu
menyebutkan jenis penelitian yang akan dilakukan, yakni Penelitian Tindakan
Kelas. Sebagai PTK, rancangan ini harus mengungkapkan jumlah siklus yang
dilaksanakan, misalnya 2 (lebih) siklus. Tiap siklus terdiri atas 4 tahap,
yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi
(pengamatan), dan (4) refleksi. Dalam rancangan tersebut, perlu disebutkan
tahapan siklus tersebut mengikuti teori yang dikembangkan oleh siapa dan
mengapa.
Contoh:
Penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan kualitatif karena analisis data akan diuraikan secara verbal yang
menggambarkan perencanaan, pelaksanaan, dan hasil tindakan pada siklus I dan
II yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menveritakan hasil
pengamatan/kunjungan siswa dengan strategi kooperatif model STAD. Penelitian
ini berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks
(holistik dan kontekstual) melalui pengumpulan data dari latar alami dengan
memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian ini bersifat
deskriptif dan menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan
makna dari sudut pandang subjek lebih ditonjolkan dalam penelitian ini,
disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta
menunjukkan ciri-ciri alamiahnya.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas, karena tindakan yang akan dilakukan diterapkan pada
pembelajaran dalam kelas. Penelitian ini dimulai dari tahap identifikasi
masalah mengenai pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia untuk berbagai
kompetensi dasar dan analisis penyebab munculnya masalah. Tindakan penelitian menggunakan siklus,
yang terdiri atas tahap (1) perencanaan yang merupakan upaya untuk
memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran, (2) pelaksanaan tindakan
yaitu melaksanakan proses pembelajaran , (3) pengamatan/observasi untuk
mengetahui kemampuan siswa dan untuk mengetahui sikap positif dan negatif
siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan (4) tahap refleksi (perenungan,
pemikiran, dan evaluasi) di setiap siklusnya (siklus I dan II) untuk
mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan
(Kemmis and Taggart, 1988). Sesuai dengan prinsip umum penelitian tindakan,
setiap tahapan dan siklusnya dilakukan secara partisipatoris dan kolaboratif
antara peneliti dan guru mata pelajaran lainnya.
|
Lokasi dan
Waktu Penelitian
Lokasi
penelitian cukup diuraikan secara teknis, tetapi jelas. Dalam hal ini, perlu
dijelaskan nama sekolah, alamat sekolah, kelas berapa, jika kelas tersebut
paralel perlu disebutkan kelas yang mana, dan alasan mengapa kelas tersebut
yang diteliti. Demikian juga, waktu penelitian harus dipaparkan secara runtut.
Berkaitan dengan waktu penelitian ini, perlu dijelaskan kapan orientasi
dilakukan, kapan disusun rencana penelitian, kapan dikembangkan instrumen
penelitian, kapan tindakan siklus I dilakukan dan kapan siklus selanjutnya
dirancang dan dikembangkan, kapan dilakukan pengamatan, dan kapan refleksi
dilaksanakan.
Contoh:
Penelitian dilaksanakan di SDN Tunggulwulung 2 Malang, Jl.
Akordion no. 2 Kota Malang. Tindakan penelitian ini dikenakan pada siswa kelas
V semester I. Pembuatan rencana tindakan berdasarkan refleksi yang ditulis pada
proposal dilaksanakan pada tanggal 20 Mei sampai 9 Juni 2009, dikerjakan setiap
hari Sabtu. Pelaksanaan tindakan dikerjakan mulai pada tanggal 26 Juli sampai
20 September 2009. Jam pelajaran 2 pertemuan setiap minggu dengan setiap pertemuan
2 x 45 menit. Dst ...
Subjek
Penelitian
Dalam PTK, yang menjadi subjek
penelitian adalah siswa. Karena itu, kondisi siswa yang menjadi sasaran
penelitian ini perlu dipaparkan secara jelas, yang meliputi kelas berapa dan
berapa jumlah siswanya. Jika perlu, dirinci pula berapa jumlah siswa pria dan
berapa jumlah siswa wanita. Di samping itu, dalam subjek penelitian ini perlu
dijelaskan bahwa penelitian itu dilaksanakan secara individual atau kolaboratif
dengan guru lain.
Contoh:
Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2
Malang tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 40 orang. Nama-nama siswa
yang terlibat disajikan pada Lampiran. Observer terdiri atas dua orang guru,
yaitu Bapak X dan Ibu Y yang membantu
peneliti merekam proses pembelajaran. Dst ...
Perencanaan
Tindakan
Tahap
perencanaan tindakan ini disusun sebelum melakukan tindakan pembelajaran di
kelas. Rencana tindakan ini
berupa langkah-langkah
tindakan secara sistematis dan rinci yang fungsinya untuk menguji
hipotesis tindakan yang telah dirumuskannya. Rencana
tindakan tersebut meliputi:penentuan bahan ajar,
pengembangan Silabus, perencanaan tugas-tugas kelompok dan quis,
penyusunan jurnal kegiatan, penyusunan rencana pembelajaran (RPP), pengembangan teknik dan
instrumen observasi,
penyusunan instrumen evaluasi, dan pengembangan instrumen lain yang diperlukan dalam
pelaksanaan tindakan. Untuk membantu penyusunan rencana tindakan, pertanyaan pemandu yang dapat digunakan adalah: apa, di
mana, kapan, dan
bagaimana saya
melakukan tindakan pembelajaran. Berikut ini dikemukakan contoh paparan tentang perencanaan
tindakan.
Contoh:
Perencanaan tindakan dimulai dengan
mempersiapakan RPP yang akan digunakan sebagai pedoman pelakasanaan
pembelajaran wicara dengan kompetensi dasar menceritakan hasil
pengamatan/kunjungan dengan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar
melalui strategi pembelajaran kooperatif model STAD. Penyusunan RPP tersebut
dilaksanakan pada tanggal 24—30 Mei 2009. Selain itu, peneliti guru juga untuk
menyusun lembar evaluasi untuk menguji kemampuan siswa dalam menceritakan hasil
pengamatan dan kunjungan. Lembar evaluasi ini disusun menjadi dua yaitu lembar
penilaian untuk guru dan siswa. Peneliti sebagai pengumpul data mempersiapkan
daftar cek (checklist) pelaksanaan pembelajaran dan pencapaian indikator sebagai pedoman observasi, menyusun angket
untuk menanyakan pendapat siswa mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan,
dan menyusun pedoman wawancara untuk guru.
Pelaksanaan
Tindakan
Setelah menyusun rencana tindakan, kegiatan berikutnya
adalah mengimplementasikan tindakan dan mengamati hasilnya (aktivitas pengajar, siswa, dan
suasana kelas). Pada tahap ini, guru sebagai peneliti berperan ganda, yaitu sebagai
praktisi (pelaksana pembelajaran) dan sekaligus sebagai peneliti (pengamat).
Pelaksanaan tindakan harus mengacu pada RPP yang telah disiapkan sebelumnya. Contoh uraian bagian pelaksanaan
tindakan tersebut disajikan berikut ini.
Contoh:
Pelaksanaan
siklus I direncanakan dua pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
Selasa dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis pada bulan Juni 2009.
Pelaksana tindakan pembelajaran siklus I adalah guru Bahasa Indonesia,
sedangkan pengamatan dan perekaman data dilakukan oleh guru lain yang sedang
piket di sekolah tersebut.
Sesuai
dengan RPP yang sudah disusun, langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan
oleh guru mengacu pada langkah-langkah pembelajaran model STAD. Langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut.
Siswa diberi penjelasan tentang pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan komponen-komponennya.
Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan
pertimbangan kemampuan akademik dan jenis kelamin.
Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan
pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari.
Siswa ditugaskan untuk bergabung ke dalam kelompoknya
masing-masing.
Peneliti memulai dengan memaparkan dan mendiskusikan
materi yang dibahas.
Peneliti membagi tugas kepada setiap kelompok.
Peneliti melakukan observasi dan membimbing kegiatan
kelompok.
Setelah kegiatan kelompok selesai, dilanjutkan dengan
diskusi kelas yang dipandu oleh guru untuk membahas hal-hal yang tidak/belum
terselesaikan dalam kegiatan kelompok.
Peneliti memberikan quis untuk mengetahui penguasaan
konsep yang dipelajari secara individual.
Tahap
Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Karena itu, jika PTK dilakukan
secara kolaboratif, guru lain sebagai pembantu peneliti dapat menjadi pengamat
kegiatan pembelajaran. Namun, jika guru melakukan PTK secara individual, guru
selain sebagai pengajar juga sebagai pengamat kegiatan penelitian. Dalam hal
ini, guru harus bersikap seobjektif mungkin agar hasil penelitian benar-benar
signifikan. Pada tahap pengamatan ini, data-data
tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta
dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran dikumpulkan dengan bantuan
instrumen pengamatan yang dikembangkan.
Contoh:
Selama tahap pelaksanaan tindakan, peneliti berusaha melakukan pengamatan
dan perekaman terhadap aktivitas belajar siswa dan suasana pembelajaran yang
terjadi di kelas. Semua aktivitas siswa direkam dengan cara mencatat apa yang
dilakukannya, pengalaman apa yang diperolehnya, tanggapan apa yang
disampaikannya berkaitan dengan aktivitas pembelajaran menceritakan hasil
pengamatan/kunjungan dengan pembelajaran kooperatif model STAD.
Tahap Refleksi
Tahap ini meliputi kegiatan: menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan menyimpulkan
data yang diperoleh dari pengamatan (bukti empiris), serta mengaitkannya
dengan teori yang digunakan (kerangka konseptual). Hasil refleksi ini
dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan siklus berikutnya.
Refleksi memegang peran penting dalam menentukan
keberhasilan PTK. Melalui refleksi yang tajam dan terpercaya akan diperoleh
masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan tindakan berikutnya.
Kadar ketajaman refleksi ditentukan oleh tingkat ketajaman dan keragaman
instrumen observasi yang digunakan. Guna mendapatkan hasil refleksi yang
optimal, beberapa pertanyaan berikut dapat dimanfaatkan sebagai pemandu.
1.
Bagaimana persepsi Anda (guru, siswa, pengamat lain)
terhadap tindakan yang dilakukan ?
2.
Apakah efek tindakan tersebut?
3.
Isu kependidikan apa saja yang muncul sehubungan dengan
tindakan yang dilakukan?
4.
Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tindakan?
Mengapa kendala tersebut muncul?
5.
Apakah terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran?
6.
Perlukah perencanaan ulang?
7.
Jika “ya”, alternatif tindakan manakah yang paling tepat?
8.
Jika “ya” apakah diperlukan siklus berikutnya?
Secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini
membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti siklus-siklus lain
secara berkesinambungan seperti sebuah spiral. Kapan siklus-siklus tersebut
berakhir? Jawabannya adalah kalau hasil pelaksanaan tindakan sudah sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan oleh peneliti.
Dalam refleksi tersebut, hasil-hasil yang diperoleh
dan permasalahan yang muncul pada pelaksanaan tindakan dipakai sebagai dasar
untuk melakukan perencanaan ulang pada siklus berikutnya. Karena itu, melalui refleksi ini,
perlu dipaparkan temuan-temuan pada siklus I baik yang merupakan kekuatan maupun
kelemahan. Dalam paparan refleksi ini,
juga perlu dijelaskan hal-hal apa yang perlu diperbaiki pada siklus I untuk
diterapkan pada siklus II. Indikator keberhasilan pada siklus I perlu
dituliskan untuk mengetahui keberhasilan pada siklus I dan bagaimana cara
mengukurnya. Contoh indikator keberhasilan tersebut disajikan berikut.
Contoh indikator Keberhasilan Siklus I
Aspek
|
Pencapaian siklus I
|
Cara
mengukur
|
Keaktifan
siswa mengajukan pertanyaan
|
20%
|
Diamati
saat pembelajaran berlangsung, lembar pengamatan, oleh peneliti. Dihitung
dari jumlah siswa bertanya per jumlah keseluruhan siswa
|
Ketepatan
waktu melakukan kegiatan eksplorasi (mengerjakan LKS)
|
50%
|
Jumlah
kelompok yang dapat menyelesaikan tugas tepat waktu dibagi jumlah kelompok.
Dibuat jurnal setiap pertemuan
|
Interaksi
antar siswa pada kegiatan kooperatif
|
25%
|
Diamati
ketika siswa melakukan diskusi, dicatat keterlibatan masing-masing siswa
dalam kelompok
|
Ketuntasan
hasil belajar
|
65%
|
Dihitung
dari nilai rata-rata kuiz dan tes blok. Siswa yang memperoleh nilai lebih
besar/sama dengan 70 dinyatakan tuntas.
|
Contoh indikator Keberhasilan Siklus II
Aspek
|
Pencapaian siklus I
|
Pencapaian siklus II
|
Keaktifan
siswa mengajukan pertanyaan
|
20%
|
25%
|
Ketepatan
waktu melakukan kegiatan eksplorasi (mengerjakan LKS)
|
50%
|
65%
|
Interaksi
antar siswa pada kegiatan kooperatif
|
25%
|
50%
|
Ketuntasan
hasil belajar
|
65%
|
85%
|
Instrumen Penelitian
Dalam pelaksanaan PTK,
diperlukan instrumen pelaksaksanaan tindakan dan instrumen pengumpulan
data. Instrumen yang dimaksudkan di
antaranya berupa (a) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (b) soal tes dan
quiz, (c) lembar observasi/pengamatan, (d) angket, (e) catatan lapangan, (f) daftar cek
(checklist), dan atau instrumen lain yang relevan untuk pengumpulan data PTK. Instrumen-instrumen
tersebut dibuat atau dikembangan oleh guru sebagai peneliti sebelum pelaksanaan
tindakan. Berbagai hal yang terkait dengan instrumen ini diceritakan secara
rinci dan jelas dalam penyusunan laporan PTK. Contoh paparan tentang instrumen
tersebut disajikan berikut ini.
Contoh:
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: RPP, lembar
observasi keterampilan kooperatif, kuesioner terbuka, kuis atau tes prestasi
belajar, dan catatan guru/jurnal. RPP digunakan untuk pelaksanaan parktik
pembelajaran (tindakan). Instrumen observasi disusun berdasarkan komponen dasar
pembelajaran kooperatif. Kuesioner terbuka digunakan untuk mengetahui tanggapan
siswa terhadap pembelajar kooperatif, dan kuis atau tes prestasi belajar
digunakan untuk mengetahui kualitas hasil belajar. Instrumen penelitian ini
disajikan pada lampiran.
Pengumpulan dan Analisis Data
Paparan ini menjelaskan
cara peneliti mengumpulkan dan menganalisis data. Cara-cara tersebut disajikan
secara runtut, terinci, dan jelas.
Contoh:
Pegumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi,
observasi, dan tes. Teknik dokumentasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan
masing-masing siswa sebagai dasar pembagian kelompok. Teknik observasi
digunakan untuk merekam kualitas proses belajar mengajar berdasarkan instrumen
observasi dan digunakan camera video, sedangkan tes digunakan untuk mengetahui
kualitas hasil belajar.
Data hasil observasi, catatan guru, kuesioner terbuka
dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui kualitas proses belajar mengajar.
Untuk mengetahui peningkatan kualitas hasil belajar dilakukan dengan cara
membandingkan skor individu dan kelompok dengan tes atau kuis sebelumnya.
SISTEMATIKA
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Bobot
atau kualitas suatu karya tidak hanya ditinjau dari segi perencanaan dan
pelaksanaan, tetapi juga harus dilihat dari bentuk dan sistem pelaporannya.
Perencanaan dan pelaksanaan tindakan yang baik dan tertib akan dinilai tidak
baik jika tidak dilaporkan secara baik dan tertib pula. Bahkan dapat dikatakan,
laporan yang bagus dan tertib menggambarkan suatu perencanaan yang matang dan
pelaksanaan yang tertib.
Laporan yang bagus tidak hanya menyajikan hal-hal
secara lengkap, tetapi juga harus menyajikannya dalam urutan yang logis dan
mengikuti aturan yang umum. Karena itu, untuk menjadikan laporan PTK bernilai
bagus dan tertib, berikut ini disajikan rambu-rambu sistematika PTK tersebut.
A.
Judul : singkat, spesifik, menggambaran masalah,tindakan, hasil, dan
lokasi
B.
Kata Pengantar: berisi proses pelaksanaan PTK dan
perlunya dilakukan PTK
C.
Daftar isi
D.
Abstrak: berisi uraian umum dan lengkap yang disajikan secara singkat
(lebih-kurang 1—2 halaman, ditulis dengan spasi tunggal.
E.
Bab I Pendahuluan:
1.
Latar belakang; berisi tentang kondisi nyata berbagai hal yang terjadi di
sekolah, bersifat penting dan mendesak untuk dipecahkan, upaya dan alasan
pemecahan masalah, alasan mengapa masalah tersebut penting untuk dipecahkan.
2.
Rumusan masalah; kalimat tanya yang berisi tentang : indikator masalah yang
akan dipecahkan, tindakan yang akan dilakukan, dan subjek yang akan dikenai
tindakan.
3.
Tujuan: berisi tujuan umum, tujuan khusus atau cukup tujuan berisi
tentang tujuan yang dapat diukur ketercapaiannya.
4.
Hipotesis: berisi dugaan sementara tentang hasil yang akan dicapai jika
masalah tersebut digarap.
5.
Manfaat; berupa manfaat bagi siswa, guru, sekolah, atau komponen yang
terkait. lebih baik kemukakan hal yang berupa inovasi.
F.
Bab II Kajian
Teori
Berisi
tentang teori yang mendasari penelitian, yakni berkaitan dengan kondisi
pembelajaran, masalah yang akan dipecahkan, strategi yang akan digunakan, dan
prestasi belajar siswa yang diidealkan. Kajian teori tersebut paling tidak
dapat mengungkap tentang : What (apa) berupa definisi atau pengertian, Who
( siapa) berupa siapa penemu atau pendapat siapa, Why (mengapa)
mengapa teori itu ada, How ( bagaimana) teori itu digunakan atau hasil
penelitian terdahulu (yang telah dilakukan orang lain)
G.
Bab III Metode
Penelitian
a.
Rancangan
penelitian: berisi
jenis penelitian, rancangan yang digunakan, siklus yang direncanakan, cara
pengumpulan dan analisis data.
b.
Lokasi dan waktu
penelitian; berisi tentang lokasi sekolah,
kelas berapa, jumlah siswa, komposisi siswa, situasi lingkungan siswa, berapa
lama penelitian dilakukan (sebutkan antara waktu)
c.
Indikator
keberhasilan; berisi berupa indikator
keberhasilan yang menjadi acuan keberhasilan dalam setiap tindakan, berupa
gradasi seperti : 80-100 : sangat berhasil, 60-79 : berhasil, 40-59 : cukup
berhasil, 20- 39 : kurang berhasil, 0-19 : tidak berhasil. Kalau kemampuan
kognitif yang diukur angka Kriteria Ketuntasan Minimal bisa dijadikan sebagai
acuan,
d.
Prosedur
penelitian (siklus tindakan); berisi tindakan
tindakan tiap siklusnya, yang dalam setiap siklus berupa : kegiatan
perencanaan, kegiatan pelaksanaan, kegiatan pengamatan serta kegiatan refleksi,
refleksi pada siklus pertama bisa dijadikan acuan untuk perencanaan tindakan
pada siklus kedua dan seterusnya.
e.
Instrumen yang
digunakan: berisi
paparan tentang alat pengumpulan data yang digunakan dan alasan penggunaannya,
yang meliputi pedoman observasi, alat perekam dll
f.
Teknik pengumpulan
data: berisi
paparan tentang langkah-langkah dalam pelaksanaan pengamatan, wawancara,
pemberian evaluasi, dll.
g.
Teknik analisis
data: berisi
paparan tentang proses pengolahan data, yang meliputi reduksi data, penataan
data, pemerian data, pembahasan dan penjelasan makna data, pembuatan tabel,
pembuatan diagram, dll.
H.
Bab IV Hasil
Penelitian dan Pembahasan
Berisi
hasil pengamatan dari observer, analisis data dan refleksi dari kegiatan dalam
setiap siklus. Hasil refleksi merupakan rencana tindakan dalam tiap siklusnya.
Hasil pengamatan berupa tindakan guru dan kegiatan siswa.
I.
Bab V Simpulan dan
Saran
Berisi
simpulan dari penelitian dan saran tindakan perbaikan atas hasil penelitian
(bisa berupa rekomendasi)
Komentar
Posting Komentar