Proposal PTK


PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh:
Prof. Dr. H. Imam Suyitno, M.Pd
(Guru Besar Universitas Negeri Malang)

 
SISTEMATIKA PROPOSAL PTK
Judul PTK
            Merumuskan judul PTK kelihatannya mudah, tetapi sebenarnya cukup sulit. Untuk merumuskan judul tersebut, diperlukan upaya secara cermat, yakni mulai dari mengidentifikasi masalah, analisis penyebab masalah, sampai pada menentukan tindakan yang tepat dan relevan untuk mengatasi masalah tersebut. Perumusan judul PTK tidak dapat dibuat berdasarkan angan-angan saja, tetapi harus didasarkan pada kondisi nyata, yakni masalah nyata yang terjadi dalam pembalajaran di kelas. Ketika masalah pembelajaran sudah teridentifikasi, penyebab masalah sudah ditemukan, dan rencana tindakan yang diyakini tepat sudah ditemukan, guru baru dapat merumuskan judul PTK yang akan dilakukannya.
            Rumusan judul PTK harus menggambarkan masalah yang akan dipecahkan, tindakan yang akan dilakukan, dan siswa yang akan dikenai tindakan tersebut. Karena itu , judul PTK harus mampu menjawab pertanyaan berikut ini.
1)      Apa masalah yang akan dipecahkan atau apa yang akan ditingkatkan?
2)      Apa tindakan yang akan dilakukan?
3)      Siapa yang akan dikenai tindakan tersebut?
Marilah kita kembali pada beberapa pekerjaan yang sudah kita lakukan untuk mengatasi masalah sebagaimana yang dicontohkan pada kasus di atas. Untuk memudahkan perumusan judul tersebut, kita catat kembali apa yang sudah kita lakukan sebagaimana daftar berikut ini.
Sekolah
SDN Tunggulwulung 2 Malang
Tahun Pelajaran
2009/2010
Kelas
V
Matapelajaran
Bahasa Indonesia
KD bermasalah
Menceritakan   hasil pengamatan/kunjungan  dengan bahasa runtut, baik, dan benar
Tindakan
Penerapan strategi pembelajaran kooperatif model STAD

Berdasarkan daftar di atas, selanjutnya digunakan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut.
Apa masalah yang akan dipecahkan atau apa yang akan ditingkatkan?
Peningkatan kemampuan menceritakan hasil pengamatan/kunjungan  dengan bahasa runtut, baik, dan benar
Apa tindakan yang akan dilakukan?
Penerapan strategi pembelajaran kooperatif model STAD
Siapa yang akan dikenai tindakan tersebut?
Siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010
Rumusan Judul:
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN MENCERITAKAN   HASIL PENGAMATAN/KUNJUNGAN DENGAN BAHASA RUNTUT, BAIK, DAN BENAR MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD PADA SISWA KELAS V SDN TUNGGULWULUNG 2 MALANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Latar Belakang Penelitian
            Isi paparan latar belakang PTK pada dasarnya menyajikan gambaran nyata tentang kondisi pembelajaran di kelas dan problema yang dihadapi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Karena itu, bagian ini hendaknya benar-benar menyatakan fakta yang ada di dalam proses pembelajaran. Fakta tersebut paling tidak mengungkapkan perihal (1) kompetensi dasar yang diajarkan, (2) pentingnya penguasaan kompetensi dasar tersebut bagi kehidupan siswa di sekolah maupun di masyarakat, (3)  kondisi atau masalah yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran kompetensi dasar tersebut, (4) proses pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran kompetensi dasar itu, (5) hasil belajar atau pengalaman belajar yang dicapai oleh siswa, (6) aktivitas siswa dalam pembelajaran, (7) kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran, (8) dampak yang terjadi jika masalah pembelajaran tidak segera dipecahkan, dan (9) harapan dengan dipecahkannya masalah pembelajaran tersebut. Fakta tersebut dapat diidentifikasi oleh guru pada awal merancang PTK, yakni melalui proses refleksi untuk melakukan identifikasi masalah pembelajaran.
            Berdasarkan hasil refleksi tersebut, guru akan menemukan masalah penting daam proses pembeljaran yang harus segera diatasi. Di samping itu, guru juga telah menemukan faktor penyebab terjadinya masalah itu. Untuk itu, lebih lanjut guru berupaya menemukan cara atau strategi yang tepat untuk mengatasi masalah itu. Cara atau strategi itu dapat berupa (1) penggunaan strategi yang lebih inovatif dan menarik minat siswa untuk belajar, (2) penggunaan model-model pembelajaran yang lebih inovatif, (3) penggunaan sumber belajar yang lebih menyenangkan dan sesuai dengan kondisi lingkungan dan kejiawaan anak, (4) penggunaan materi ajar yang lebih menantang anak untuk belajar, (5) penggunaan media yang lebih variatif dan menarik perhatian siswa, atau (6) model-model interaksi yang lebih aktif dan kreatif. Cara atau strategi itu dipilih oleh guru berdasarkan masalah yang terjadi dan hasil analisis penyebab munculnya masalah.
            Ketika sudah menentukan cara atau strategi yang diyakini tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi, guru pasti sudah memiliki alasan mengapa memmilih cara atau strategi itu. Karena itu, pada bagian latar belakang guru harus mengungkapkan (1) uraian tentang cara atau strategi yang dipilih untuk mengatasi masalah pembelajaran, (2) kesesuaian cara atau strategi tersebut dengan masalah yang dihadapi siswa, (3) keunggulan cara atau strategi tersebut, dan (4) harapan yang ingin dicapai melalui cara atau strategi itu.
            Paparan di atas menggambarkan bahwa guru sebagai pelaku PTK telah mengungkapkan telah kondisi nyata permasalahan yang dihadapi di kelas dan upaya guru untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dalam hal ini, bagian latar belakang dilakukannnya PTK itu telah menyampaikan dua hal, yakni masalah pembelajaran yang dihadapi dan tindakan yang akan dilakukan dalam pemecahan masalah itu. Namun, paparan tersebut masih perlu dilengkapi dengan fakta lain yang mendukung orisionalitas PTK yang akan dilakukan. Karena itu, guru sebagai pelaku PTK perlu secara terbuka menyampaikan beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang lain yang sejenis dengan penelitian yang akan dilakukannya. Dalam hal ini, pada bagian akhir latar belakang PTK itu, guru perlu menuliskan (1) judul-judul penelitian terdahulu yang sejenis, (2) hasil yang dicapai oleh penelitian terdahulu itu, dan (3) perbedaan penelitian terdahulu tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan. Alasan tentang perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan dapat berupa perbedaan (a) subjek yang diteliti atau yang akan dikenai tindakan, (b) masalah yang akan dipecahkan, (c) cara atau strategi yang digunakan, (d) materi yang akan digunakan, dan atau (e) alasan lain yang membedakan kedua penelitian itu.
            Dengan mengungkapkan berbagai hal yang telah dijelaskan di atas, dapat dikatakan bahwa latar belakang PTK yang akan dilakukan guru telah memenuhi syarat kelengkapan, kejelasan, dan keorisinalan. Dengan demikian, latar belakang tersebut telah meyakinkan pembaca bahwa (1) masalah pembelajaran yang dipilih dan dihadapi guru dan siswa benar-benar perlu dipecahkan, (2) tindakan yang dilakukan guru benar-benar tepat dan relevan untuk menyelesaikan masalah pembelajaran, dan (3) apa yang dilakukan guru benar-benar hasil kerja nyata guru, bukan hasil plagiasi.
            Nah, sekarang marilah kita belajar berlatih merancang butir-butir pokok isi bagian latar belakang berdasarkan kasus yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, yakni kasus pembelajaran tentang KD menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar.
Contoh
Judul PTK:
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN HASIL PENGAMATAN/KUNJUNGAN DENGAN BAHASA RUNTUT, BAIK, DAN BENAR MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD PADA SISWA KELAS V SDN TUNGGULWULUNG 2 MALANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Mengapa PTK tersebut perlu dilakukan?
Hasil refleksi awal dapat menjadi alasan pertama yang menjawab pentingnya dilakukan PTK. Alasan pertama ini menjawab pertanyaan: “Mengapa kemampuan menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar perlu ditingkatkan?” Jawaban pertanyaan ini dapat dicontohkan berikut.
1)      SDN Tunggulwulung 2 Malang telah menerapkan KTSP.
2)      Pembelajaran Bahasa Indonesia diajarkan di kelas 1—6 dengan menggunakan KTSP.
3)      Dalam KTSP Bahasa Indonesia, terdapat KD menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar yang disajikan di kelas V semester 1.
4)      KD menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar termasuk dalam pembelajaran aspek berbicara.
5)      KD tersebut perlu dikuasai oleh siswa agar siswa mampu menyampaikan laporan secara lisan tentang perihal yang telah dilakukannya.
6)      Untuk dapat menceritakan hasil pengamatan dan atau kunjungannya, siswa harus dapat menceritakan perihal (a) objek yang diamati atau dikunjungi, (b) beragam hal dari objek yang diamati atau dikunjungi, (c) proses pengamatan atau kunjungan yang dilakukan, dan (d) tataan rincian beragam hal yang diamati atau dikunjungi. Selain itu, siswa harus dapat menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menyampaikan proses dan hasil pengamatan/kunjungan.
7)      Dalam pembelajaran KD tersebut, siswa kurang aktif dan tidak responsif.
8)      Hasil belajar siswa rendah, yakni sebagian besar belum mencapai standar ketuntasan minimal.
9)      Tugas-tugas yang dibuat oleh siswa belum memenuhi kriteria yang diharapkan.
10)  Penguasaan pengalaman belajar ini diperlukan untuk penguasaan kompetensi dasar selanjutnya, khususnya untuk aspek berbicara dan menulis.
11)  Jika kompetensi dasar tersebut tidak dikuasai, siswa akan mengalami kesulitan dalam penguasaan KD selanjutnya.
12)  Karena itu, masalah tersebut harus diatasi.

Hasil analisis faktor penyebab masalah dapat menjadi alasan kedua yang menjawab pentingnya dilakukan PTK. Alasan kedua ini menjawab pertanyaan: “Apa yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar?” Jawaban pertanyaan ini dapat dicontohkan berikut.
1)      Rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran KD tersebut disebabkan oleh strategi pembelajaran yang kurang bervariasi.
2)      Dalam aktivitas pembelajaran tidak digunakan media yang relevan dan kurang menarik minat siswa.
3)      Interaksi pembelajaran tidak multiarah dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih kreatif.
4)      Tugas-tugas pembelajaran kurang memberikan kesempatan dan tantangan kepada siswa untuk berpikir kreatif.
5)      Materi pembelajaran kurang sesuai dengan minat siswa.
6)      Sumber belajar hanya menggunakan buku paket, tidak ada sumber lain yang lebih inovatif.
7)      Karena itu, perihal tersebut harus diubah agar lebih memotivasi siswa untuk belajar lebih baik.

Hasil pemahaman guru tentang strategi/media/teknik yang lebih tepat atau lebih baik dari sebelumnya dapat menjadi alasan ketiga yang dipaparkan dalam bagian latar belakang dilakukannya PTK. Alasan ketiga ini menjawab pertanyaan: “Apa relevansi strategi/media/teknik tersebut dalam pemecahan masalah rendahnya kemampuan siswa dan apa keunggulannya?” Jawaban pertanyaan ini dapat dicontohkan berikut.
1)      Untuk mengatasi masalah pembelajaran, dipilih strategi pembelajaran kooperatif dengan model STAD.
2)      Pembelajaran kooperatif model STAD ini tepat untuk membelajarkan siswa untuk kompetensi dasar menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa runtut, baik, dan benar.
3)      Alasan dipilihnya strategi ini adalah (a) siswa dapat menghasilkan ide yang lebih banyak dan lebih baik, (b) siswa memecahkan permasalahan dengan lebih cepat, (c) siswa menghasilkan solusi yang lebih baik, (d) siswa lebih produktif, (e) siswa lebih bersahabat, suka membantu, dan saling memiliki perhatian, dan (f) metode tersebut meningkatkan perilaku dalam pemecahan masalah.
4)      Dengan strategi tersebut, diharapkan siswa dapat merancang hasil pengamatan/kunjungannya dan menceritakannya dengan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar.

Untuk menunjukkan orisionalitas dan pentingnya penelitian ini, peneliti perlu mengemukakan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sejenis dan menunjukkan perbedaannya. Hal ini dapat dicontohkan sebagai berikut.
Judul Penelitian
Hasil
Perbedaan
Penelitian Mariati tentang Kemampuan Berbicara Siswa Kelas V SDN Tlogosuko 2 Banyu Urip Tahun 2009/2010
Kemampuan siswa rendah, terutama dalam menyampaikan gagasan dengan bahasa yang baik dan benar
Penelitian ini adalah deskriptif, bukan PTK
Peningkatan Kemampuan Menceritakan Hasil Wawancara dengan Metode Kerja Kelompok pada Siswa Kelas V SDN Mojowangi 1 Banyuwangi Tahun 2008/2009 oleh Harsanti
Siswa lebih aktif, tugas-tugas dapat diselesaikan dengan baik, hasil belajar meningkat
Metode dan topik garapan berbeda
Dan sebagainya




Rumusan Masalah
Rumusan masalah PTK dikembangkan setelah peneliti mengidentifikasi masalah dan menganalisisnya serta mengembangkan rincian indikator dari masalah yang akan dipecahkan. Rumusan masalah PTK ini aharus jelas, spesifik, dan operasional. Masalah penelitian merupakan titik awal sebuah proses penelitian. Tidak akan ada proses penelitian tanpa adanya masalah yang dapat diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas. Masalah biasanya dirumuskan dengan kalimat  tanya. Dalam rumusan masalah tersebut, tercantum (1) upaya yang akan dilakukan terkait dengan indikator masalah, (2) tindakan yang akan diterapkan, dan (3) subjek/siswa yang akan dikenai tindakan.
Dengan dirumuskannya masalah yang (mungkin) diikuti dengan hipotesis, peneliti dapat melakukan langkah-langkah penelitian selanjutnya. Permasalahan penelitian PTK tidak dapat terlepas dari latar belakang dan konteks yang terjadi di kelas. Berkaitan dengan PTK, masalah pembelajaran pada umumnya berkisar pada rendahnya kualitas proses dan hasil belajar.
Berdasarkan rincian indikator masalah yang telah ditetapkan pada bagian terdahulu, rumusan masalah PTK tersebut dapat dicontohkan berikut ini.
Judul PTK
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN HASIL PENGAMATAN/KUNJUNGAN DENGAN BAHASA RUNTUT, BAIK, DAN BENAR MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD PADA SISWA KELAS V SDN TUNGGULWULUNG 2 MALANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Rincian Indikator dari Masalah yang akan Dipecahkan
1)      Menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan objek yang diamati atau dikunjungi.
2)      Menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan beragam hal dari objek yang diamati atau dikunjungi.
3)      Menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk memaparkan proses pengamatan atau kunjungan.
4)      Menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menyampaikan simpulan hasil amatan/kunjungan.
Tindakan yang akan Digunakan untuk Mengatasi Masalah
Strategi pembelajaran kooperatif dengan model STAD
Subjek/siswa yang Dikenai Tindakan
Siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang

Contoh:
Rumusan Masalah
1)      Bagaimana peningkatan kemampuan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan objek yang diamati/dikunjungi melalui strategi pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010?
2)      Bagaimana peningkatan kemampuan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan beragam hal dari objek yang diamati atau dikunjungi melalui strategi pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010?
3)      Bagaimana peningkatan kemampuan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk memaparkan proses pengamatan/kunjungan melalui strategi pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010?
4)      Bagaimana peningkatan kemampuan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menyampaikan simpulan hasil amatan/kunjungan melalui strategi pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010?

Tujuan Penelitian
            Rumusan tujuan PTK sejalan dengan rumusan masalah. Perbedaannya adalah rumusan masalah menggunakan bentuk rumusan pertanyaan, sedangkan rumusan tujuan berupa rumusan pernyataan. Jika rumusan masalah ada 3 macam pertanyaan, rumusan tujuan juga ada 3 macam pernyataan. Tujuan PTK ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui proses dan hasil tindakan yang dilakukan dalam upaya memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran nyata di kelas. Karena itu, dalam rumusan tujuan tersebut digunakan pernyataan: memperoleh gambaran, mendeskripsikan/memerikan, atau memperoleh paparan. Berikut ini disajikan contoh rumusan tujuan PTK.
Contoh:

Berdasarkan masalah penelitian yang telah dirumuskan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1)      Memberikan peningkatan kemampuan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan objek yang diamati/dikunjungi melalui strategi pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010.
2)      Memberikan peningkatan kemampuan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan beragam hal dari objek yang diamati atau dikunjungi melalui strategi pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010.
3)      Memberikan peningkatan kemampuan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk memaparkan proses pengamatan/kunjungan melalui strategi pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010.
4)      Memberikan peningkatan kemampuan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menyampaikan simpulan hasil amatan/kunjungan melalui strategi pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010.

Hipotesis
Setelah masalah dan tujuan dirumuskan, kegiatan berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis ini berupa dugaan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Hipotesis dikembangkan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Hipotesis yang baik harus dapat diuji secara empiris, artinya dampak tindakan yang dilakukan dapat diukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Contoh rumusan hipotesis tindakan tersebut disajikan berikut ini.
Contoh:
Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan di atas, hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1)      75% siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010 dalam menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan objek yang diamati/dikunjungi kemampuannya akan meningkat mencapai SKM 70 jika diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif model STAD.
2)      75% siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010 dalam menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menjelaskan beragam hal dari objek yang diamati atau dikunjungi kemampuannya akan meningkat mencapai SKM 70 jika diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif model STAD.
3)      75% siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010 dalam menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk memaparkan proses pengamatan/kunjungan kemampuannya akan meningkat mencapai SKM 70 jika diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif model STAD.
4)      75% siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010 dalam menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar untuk menyampaikan simpulan hasil amatan/kunjungan kemampuannya akan meningkat mencapai SKM 70 jika diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif model STAD.

Manfaat Hasil PTK
            Suatu kegiatan yang telah direncanakan dengan baik dan dilaksanakan sesuai dengan rencana pasti akan memberikan manfaat bagi pihak-pihak tertentu yang terkait dengan kegiatan itu. Kegiatan PTK yang telah dirancang dengan baik dan dilaksanakan dengan tertib sesuai rancangan juga akan memberikan manfaat bagi pihak terkait dengan PTK itu. Pihak-pihak yang terkait dengan PTK tersebut di antaranya adalah guru, siswa, orang tua, penentu kebijakan di sekolah tempat PTK tersebut dilakukan.
·         Bagi guru yang menjalan PTK, PTK tersebut akan memperkaya wawasan dan pengalaman dalam mengatasi masalah pembelajaran yang terjadi di kelas. Selain itu, PTK tersebut juga memberikan pengalaman kepada yang bersangkutan dalam menyusun dan mengembangkan karya tulis ilmiah, khususnya dalam membuat laporan penelitian.
·         Bagi guru lain, hasil PTK tersebut akan memberikan masukan dan wawasan tentang cara atau strategi yang tepat untuk mengatasi masalah pembelajaran, khususnya yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan atau perihal yang akan ditingkatkan.
·         Bagi siswa, hasil PTK tersebut akan mendorong siswa untuk mencapai prestasi yang lebih baik dan meningkatkan minat siswa untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih bergairah.
·         Bagi orang tua siswa, hasil PTK tersebut akan memberikan masukan yang berharga tentang prestasi belajar anaknya sehingga orang tua siswa akan dapat memberikan pembinaan kepada anaknya untuk tetap menjaga dan meningkatkan proses dan prestasinya.
·         Bagi pihak penentu kebijakan, hasil PTK tersebut akan memberikan masukan yang berharga, terutama dalam pembinaan akademik bagi guru dan siswa dalam hal peningkatan mutu proses dan hasil belajar.

Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan kajian teori yang mendasari penelitian. Paling tidak, kajian teori tersebut mampu mengungkap tentang : What (apa) berupa definisi atau pengertian, Who ( siapa) berupa siapa penemu atau pendapat siapa, Why (mengapa) mengapa teori itu ada, How ( bagaimana) teori itu digunakan atau hasil penelitian terdahulu (yang telah dilakukan orang lain).
            Dalam kajian teori, pertanyaan-pertanyaan itu dikenakan pada beberapa unsur yang ada pada judul, yakni masalah yang akan dipecahkan dan  tindakan yang akan dilakukan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini.
Contoh:
Judul PTK
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN HASIL PENGAMATAN/KUNJUNGAN DENGAN BAHASA RUNTUT, BAIK, DAN BENAR MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD PADA SISWA KELAS V SDN TUNGGULWULUNG 2 MALANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

HAL-HAL YANG HARUS DIKEMBANGKAN DALAM KAJIAN TEORI
Apa, mengapa, dan bagaimana kajian teori tentang masalah yang akan dipecahkan?
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Pembelajaran Berbicara di SD
Cara Menceritakan Hasil Pengamatan/Kunjungan
Penggunaan Bahasa yang Baik dan Benar
Apa, mengapa, dan bagaimana kajian teori tentang tindakan yang akan digunakan?
Strategi Pembelajaran Berbicara
Pembelajaran Kooperatif

Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian perlu menyebutkan jenis penelitian yang akan dilakukan, yakni Penelitian Tindakan Kelas. Sebagai PTK, rancangan ini harus mengungkapkan jumlah siklus yang dilaksanakan, misalnya 2 (lebih) siklus. Tiap siklus terdiri atas 4 tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi (pengamatan),  dan (4) refleksi.  Dalam rancangan tersebut, perlu disebutkan tahapan siklus tersebut mengikuti teori yang dikembangkan oleh siapa dan mengapa.
Contoh:
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif karena analisis data akan diuraikan secara verbal yang menggambarkan perencanaan, pelaksanaan, dan hasil tindakan pada siklus I dan II yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menveritakan hasil pengamatan/kunjungan siswa dengan strategi kooperatif model STAD. Penelitian ini berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks (holistik dan kontekstual) melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna dari sudut pandang subjek lebih ditonjolkan dalam penelitian ini, disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan ciri-ciri alamiahnya.
                 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, karena tindakan yang akan dilakukan diterapkan pada pembelajaran dalam kelas. Penelitian ini dimulai dari tahap identifikasi masalah mengenai pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia untuk berbagai kompetensi dasar dan analisis penyebab munculnya masalah.  Tindakan penelitian menggunakan siklus, yang terdiri atas tahap (1) perencanaan yang merupakan upaya untuk memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran, (2) pelaksanaan tindakan yaitu melaksanakan proses pembelajaran , (3) pengamatan/observasi untuk mengetahui kemampuan siswa dan untuk mengetahui sikap positif dan negatif siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan (4) tahap refleksi (perenungan, pemikiran, dan evaluasi) di setiap siklusnya (siklus I dan II) untuk mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan (Kemmis and Taggart, 1988). Sesuai dengan prinsip umum penelitian tindakan, setiap tahapan dan siklusnya dilakukan secara partisipatoris dan kolaboratif antara peneliti dan guru mata pelajaran lainnya.

Lokasi dan Waktu Penelitian
            Lokasi penelitian cukup diuraikan secara teknis, tetapi jelas. Dalam hal ini, perlu dijelaskan nama sekolah, alamat sekolah, kelas berapa, jika kelas tersebut paralel perlu disebutkan kelas yang mana, dan alasan mengapa kelas tersebut yang diteliti. Demikian juga, waktu penelitian harus dipaparkan secara runtut. Berkaitan dengan waktu penelitian ini, perlu dijelaskan kapan orientasi dilakukan, kapan disusun rencana penelitian, kapan dikembangkan instrumen penelitian, kapan tindakan siklus I dilakukan dan kapan siklus selanjutnya dirancang dan dikembangkan, kapan dilakukan pengamatan, dan kapan refleksi dilaksanakan.
Contoh:
Penelitian dilaksanakan di SDN Tunggulwulung 2 Malang, Jl. Akordion no. 2 Kota Malang. Tindakan penelitian ini dikenakan pada siswa kelas V semester I. Pembuatan rencana tindakan berdasarkan refleksi yang ditulis pada proposal dilaksanakan pada tanggal 20 Mei sampai 9 Juni 2009, dikerjakan setiap hari Sabtu. Pelaksanaan tindakan dikerjakan mulai pada tanggal 26 Juli sampai 20 September 2009. Jam pelajaran 2 pertemuan setiap minggu dengan setiap pertemuan 2 x 45 menit. Dst ...

Subjek Penelitian
Dalam PTK, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa. Karena itu, kondisi siswa yang menjadi sasaran penelitian ini perlu dipaparkan secara jelas, yang meliputi kelas berapa dan berapa jumlah siswanya. Jika perlu, dirinci pula berapa jumlah siswa pria dan berapa jumlah siswa wanita. Di samping itu, dalam subjek penelitian ini perlu dijelaskan bahwa penelitian itu dilaksanakan secara individual atau kolaboratif dengan guru lain.
Contoh:
Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Tunggulwulung 2 Malang tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 40 orang. Nama-nama siswa yang terlibat disajikan pada Lampiran. Observer terdiri atas dua orang guru, yaitu  Bapak X dan Ibu Y yang membantu peneliti merekam proses pembelajaran. Dst ...

Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan tindakan ini disusun sebelum melakukan tindakan pembelajaran di kelas. Rencana tindakan ini berupa langkah-langkah tindakan secara sistematis dan rinci yang fungsinya untuk menguji hipotesis tindakan yang telah dirumuskannya. Rencana tindakan tersebut meliputi:penentuan bahan ajar, pengembangan  Silabus,  perencanaan tugas-tugas kelompok dan quis, penyusunan jurnal kegiatan, penyusunan rencana pembelajaran (RPP), pengembangan teknik dan instrumen observasi, penyusunan instrumen evaluasi, dan pengembangan instrumen lain yang diperlukan dalam pelaksanaan tindakan. Untuk membantu penyusunan rencana tindakan, pertanyaan pemandu yang dapat digunakan adalah: apa, di mana, kapan, dan bagaimana saya melakukan tindakan pembelajaran. Berikut ini dikemukakan contoh paparan tentang perencanaan tindakan.
Contoh:
Perencanaan tindakan dimulai dengan mempersiapakan RPP yang akan digunakan sebagai pedoman pelakasanaan pembelajaran wicara dengan kompetensi dasar menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan menggunakan bahasa yang runtut, baik, dan benar melalui strategi pembelajaran kooperatif model STAD. Penyusunan RPP tersebut dilaksanakan pada tanggal 24—30 Mei 2009. Selain itu, peneliti guru juga untuk menyusun lembar evaluasi untuk menguji kemampuan siswa dalam menceritakan hasil pengamatan dan kunjungan. Lembar evaluasi ini disusun menjadi dua yaitu lembar penilaian untuk guru dan siswa. Peneliti sebagai pengumpul data mempersiapkan daftar cek (checklist) pelaksanaan pembelajaran dan pencapaian indikator  sebagai pedoman observasi, menyusun angket untuk menanyakan pendapat siswa mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan menyusun pedoman wawancara untuk guru.

Pelaksanaan Tindakan
Setelah menyusun rencana tindakan, kegiatan berikutnya adalah mengimplementasikan tindakan dan mengamati hasilnya (aktivitas pengajar, siswa, dan suasana kelas). Pada tahap ini, guru sebagai peneliti berperan ganda, yaitu sebagai praktisi (pelaksana pembelajaran) dan sekaligus sebagai peneliti (pengamat). Pelaksanaan tindakan harus mengacu pada RPP yang telah disiapkan sebelumnya. Contoh uraian bagian pelaksanaan tindakan tersebut disajikan berikut ini.
Contoh:
            Pelaksanaan siklus I direncanakan dua pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis pada bulan Juni 2009. Pelaksana tindakan pembelajaran siklus I adalah guru Bahasa Indonesia, sedangkan pengamatan dan perekaman data dilakukan oleh guru lain yang sedang piket di sekolah tersebut.
Sesuai dengan RPP yang sudah disusun, langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru mengacu pada langkah-langkah pembelajaran model STAD. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
        Siswa diberi penjelasan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD dan komponen-komponennya.
        Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan pertimbangan kemampuan akademik dan jenis kelamin.
        Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari.
        Siswa ditugaskan untuk bergabung ke dalam kelompoknya masing-masing.
        Peneliti memulai dengan memaparkan dan mendiskusikan materi yang dibahas.
        Peneliti membagi tugas kepada setiap kelompok.
        Peneliti melakukan observasi dan membimbing kegiatan kelompok.
        Setelah kegiatan kelompok selesai, dilanjutkan dengan diskusi kelas yang dipandu oleh guru untuk membahas hal-hal yang tidak/belum terselesaikan dalam kegiatan kelompok.
        Peneliti memberikan quis untuk mengetahui penguasaan konsep yang dipelajari secara individual.

Tahap Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Karena itu, jika PTK dilakukan secara kolaboratif, guru lain sebagai pembantu peneliti dapat menjadi pengamat kegiatan pembelajaran. Namun, jika guru melakukan PTK secara individual, guru selain sebagai pengajar juga sebagai pengamat kegiatan penelitian. Dalam hal ini, guru harus bersikap seobjektif mungkin agar hasil penelitian benar-benar signifikan.  Pada tahap pengamatan ini, data-data tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran dikumpulkan dengan bantuan instrumen pengamatan yang dikembangkan.
Contoh:
Selama tahap pelaksanaan tindakan, peneliti berusaha melakukan pengamatan dan perekaman terhadap aktivitas belajar siswa dan suasana pembelajaran yang terjadi di kelas. Semua aktivitas siswa direkam dengan cara mencatat apa yang dilakukannya, pengalaman apa yang diperolehnya, tanggapan apa yang disampaikannya berkaitan dengan aktivitas pembelajaran menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan pembelajaran kooperatif model STAD.

Tahap Refleksi
Tahap ini meliputi kegiatan: menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan menyimpulkan data yang diperoleh dari pengamatan (bukti empiris), serta mengaitkannya dengan teori yang digunakan (kerangka konseptual). Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan siklus berikutnya.
Refleksi memegang peran penting dalam menentukan keberhasilan PTK. Melalui refleksi yang tajam dan terpercaya akan diperoleh masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan tindakan berikutnya. Kadar ketajaman refleksi ditentukan oleh tingkat ketajaman dan keragaman instrumen observasi yang digunakan. Guna mendapatkan hasil refleksi yang optimal, beberapa pertanyaan berikut dapat dimanfaatkan sebagai pemandu.
1.      Bagaimana persepsi Anda (guru, siswa, pengamat lain) terhadap tindakan yang dilakukan ?
2.      Apakah efek tindakan tersebut?
3.      Isu kependidikan apa saja yang muncul sehubungan dengan tindakan yang dilakukan?
4.      Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tindakan? Mengapa kendala tersebut muncul?
5.      Apakah terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran?
6.      Perlukah perencanaan ulang?
7.      Jika “ya”, alternatif tindakan manakah yang paling tepat?
8.      Jika “ya” apakah diperlukan siklus berikutnya?
Secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti siklus-siklus lain secara berkesinambungan seperti sebuah spiral. Kapan siklus-siklus tersebut berakhir? Jawabannya adalah kalau hasil pelaksanaan tindakan sudah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti.
Dalam refleksi tersebut, hasil-hasil yang diperoleh dan permasalahan yang muncul pada pelaksanaan tindakan dipakai sebagai dasar untuk melakukan perencanaan ulang pada siklus berikutnya. Karena itu, melalui refleksi ini, perlu dipaparkan temuan-temuan pada siklus I baik yang merupakan kekuatan maupun kelemahan.  Dalam paparan refleksi ini, juga perlu dijelaskan hal-hal apa yang perlu diperbaiki pada siklus I untuk diterapkan pada siklus II. Indikator keberhasilan pada siklus I perlu dituliskan untuk mengetahui keberhasilan pada siklus I dan bagaimana cara mengukurnya. Contoh indikator keberhasilan tersebut disajikan berikut.
Contoh indikator Keberhasilan Siklus I
Aspek
Pencapaian  siklus I
Cara mengukur
Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan
20%
Diamati saat pembelajaran berlangsung, lembar pengamatan, oleh peneliti. Dihitung dari jumlah siswa bertanya per jumlah keseluruhan siswa
Ketepatan waktu melakukan kegiatan eksplorasi (mengerjakan LKS)
50%
Jumlah kelompok yang dapat menyelesaikan tugas tepat waktu dibagi jumlah kelompok. Dibuat jurnal setiap pertemuan
Interaksi antar siswa pada kegiatan kooperatif
25%
Diamati ketika siswa melakukan diskusi, dicatat keterlibatan masing-masing siswa dalam kelompok
Ketuntasan hasil belajar
65%
Dihitung dari nilai rata-rata kuiz dan tes blok. Siswa yang memperoleh nilai lebih besar/sama dengan 70 dinyatakan tuntas.

Contoh indikator Keberhasilan Siklus II
Aspek
Pencapaian  siklus I
Pencapaian  siklus II
Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan
20%
25%
Ketepatan waktu melakukan kegiatan eksplorasi (mengerjakan LKS)
50%
65%
Interaksi antar siswa pada kegiatan kooperatif
25%
50%
Ketuntasan hasil belajar
65%
85%

Instrumen Penelitian
Dalam pelaksanaan PTK, diperlukan instrumen pelaksaksanaan tindakan dan instrumen pengumpulan data.  Instrumen yang dimaksudkan di antaranya berupa (a) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (b) soal tes dan quiz, (c) lembar observasi/pengamatan, (d) angket,  (e) catatan lapangan, (f) daftar cek (checklist), dan atau instrumen lain yang relevan untuk pengumpulan data PTK. Instrumen-instrumen tersebut dibuat atau dikembangan oleh guru sebagai peneliti sebelum pelaksanaan tindakan. Berbagai hal yang terkait dengan instrumen ini diceritakan secara rinci dan jelas dalam penyusunan laporan PTK. Contoh paparan tentang instrumen tersebut disajikan berikut ini.
Contoh:
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: RPP, lembar observasi keterampilan kooperatif, kuesioner terbuka, kuis atau tes prestasi belajar, dan catatan guru/jurnal. RPP digunakan untuk pelaksanaan parktik pembelajaran (tindakan). Instrumen observasi disusun berdasarkan komponen dasar pembelajaran kooperatif. Kuesioner terbuka digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajar kooperatif, dan kuis atau tes prestasi belajar digunakan untuk mengetahui kualitas hasil belajar. Instrumen penelitian ini disajikan pada lampiran.

Pengumpulan dan Analisis Data
Paparan ini menjelaskan cara peneliti mengumpulkan dan menganalisis data. Cara-cara tersebut disajikan secara runtut, terinci, dan jelas.
Contoh:
            Pegumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, observasi, dan tes. Teknik dokumentasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa sebagai dasar pembagian kelompok. Teknik observasi digunakan untuk merekam kualitas proses belajar mengajar berdasarkan instrumen observasi dan digunakan camera video, sedangkan tes digunakan untuk mengetahui kualitas hasil belajar.

            Data hasil observasi, catatan guru, kuesioner terbuka dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui kualitas proses belajar mengajar. Untuk mengetahui peningkatan kualitas hasil belajar dilakukan dengan cara membandingkan skor individu dan kelompok dengan tes atau kuis sebelumnya.

SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
            Bobot atau kualitas suatu karya tidak hanya ditinjau dari segi perencanaan dan pelaksanaan, tetapi juga harus dilihat dari bentuk dan sistem pelaporannya. Perencanaan dan pelaksanaan tindakan yang baik dan tertib akan dinilai tidak baik jika tidak dilaporkan secara baik dan tertib pula. Bahkan dapat dikatakan, laporan yang bagus dan tertib menggambarkan suatu perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang tertib.
Laporan yang bagus tidak hanya menyajikan hal-hal secara lengkap, tetapi juga harus menyajikannya dalam urutan yang logis dan mengikuti aturan yang umum. Karena itu, untuk menjadikan laporan PTK bernilai bagus dan tertib, berikut ini disajikan rambu-rambu sistematika PTK tersebut.
A.     Judul : singkat, spesifik, menggambaran masalah,tindakan, hasil, dan lokasi
B.      Kata Pengantar: berisi proses pelaksanaan PTK dan perlunya dilakukan PTK
C.      Daftar isi
D.     Abstrak: berisi uraian umum dan lengkap yang disajikan secara singkat (lebih-kurang 1—2 halaman, ditulis dengan spasi tunggal.
E.      Bab I Pendahuluan:
1.      Latar belakang; berisi tentang kondisi nyata berbagai hal yang terjadi di sekolah, bersifat penting dan mendesak untuk dipecahkan, upaya dan alasan pemecahan masalah, alasan mengapa masalah tersebut penting untuk dipecahkan.
2.      Rumusan masalah; kalimat tanya yang berisi tentang : indikator masalah yang akan dipecahkan, tindakan yang akan dilakukan, dan subjek yang akan dikenai tindakan.
3.      Tujuan: berisi tujuan umum, tujuan khusus atau cukup tujuan berisi tentang tujuan yang dapat diukur ketercapaiannya.
4.      Hipotesis: berisi dugaan sementara tentang hasil yang akan dicapai jika masalah tersebut digarap.
5.      Manfaat; berupa manfaat bagi siswa, guru, sekolah, atau komponen yang terkait. lebih baik kemukakan hal yang berupa inovasi.
F.       Bab II Kajian Teori
Berisi tentang teori yang mendasari penelitian, yakni berkaitan dengan kondisi pembelajaran, masalah yang akan dipecahkan, strategi yang akan digunakan, dan prestasi belajar siswa yang diidealkan. Kajian teori tersebut paling tidak dapat mengungkap tentang : What (apa) berupa definisi atau pengertian, Who ( siapa) berupa siapa penemu atau pendapat siapa, Why (mengapa) mengapa teori itu ada, How ( bagaimana) teori itu digunakan atau hasil penelitian terdahulu (yang telah dilakukan orang lain)
G.     Bab III Metode Penelitian
a.      Rancangan penelitian: berisi jenis penelitian, rancangan yang digunakan, siklus yang direncanakan, cara pengumpulan dan analisis data.
b.      Lokasi dan waktu penelitian; berisi tentang lokasi sekolah, kelas berapa, jumlah siswa, komposisi siswa, situasi lingkungan siswa, berapa lama penelitian dilakukan (sebutkan antara waktu)
c.       Indikator keberhasilan; berisi berupa indikator keberhasilan yang menjadi acuan keberhasilan dalam setiap tindakan, berupa gradasi seperti : 80-100 : sangat berhasil, 60-79 : berhasil, 40-59 : cukup berhasil, 20- 39 : kurang berhasil, 0-19 : tidak berhasil. Kalau kemampuan kognitif yang diukur angka Kriteria Ketuntasan Minimal bisa dijadikan sebagai acuan,
d.      Prosedur penelitian (siklus tindakan); berisi tindakan tindakan tiap siklusnya, yang dalam setiap siklus berupa : kegiatan perencanaan, kegiatan pelaksanaan, kegiatan pengamatan serta kegiatan refleksi, refleksi pada siklus pertama bisa dijadikan acuan untuk perencanaan tindakan pada siklus kedua dan seterusnya.
e.      Instrumen yang digunakan: berisi paparan tentang alat pengumpulan data yang digunakan dan alasan penggunaannya, yang meliputi pedoman observasi, alat perekam dll
f.        Teknik pengumpulan data: berisi paparan tentang langkah-langkah dalam pelaksanaan pengamatan, wawancara, pemberian evaluasi, dll.
g.      Teknik analisis data: berisi paparan tentang proses pengolahan data, yang meliputi reduksi data, penataan data, pemerian data, pembahasan dan penjelasan makna data, pembuatan tabel, pembuatan diagram, dll.
H.     Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisi hasil pengamatan dari observer, analisis data dan refleksi dari kegiatan dalam setiap siklus. Hasil refleksi merupakan rencana tindakan dalam tiap siklusnya. Hasil pengamatan berupa tindakan guru dan kegiatan siswa.
I.        Bab V Simpulan dan Saran
Berisi simpulan dari penelitian dan saran tindakan perbaikan atas hasil penelitian (bisa berupa rekomendasi)

















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi Seni Rupa